I. KOMUNIKASI LISAN DAN NEGOSIASI
1.1 Komunikasi Lisan dalam
Rapat
Biasanya
pada suatu pertemuan ataupun rapat, setiap peserta harus menyadari
posisinya masing-masing
dalam suatu forum. Masing2 peserta harusnya ;
§
Mampu berperan sebagai komunikan yang sangat responsif
dan tidak emosional.
§
Mampu berperan sebagai komunikator yang
berpatispasi aktif namun tidak memonopoli pembicaraan.
§
Mampu berkomunikasi secara jujur, terbuka dan
bertanggung jawab.
§
Mampu mengendalikan diri, dan menghindarkan
terjadinya debat, serta tidak berbicara bertele-tele.
§
Mampu berperan sebagai penyelaras yang sangat
bijaksana dan adil namun tidak kehilangan pendirian.
1.2 Komunikasi Lisan dalam
Wawancara
Pada dasarnya wawancara merupakan suatu
obrolan biasa, tapi dengan topik
yang tertentu, dan ada pihak yang akan bertanya (pewawancara) dan pihak lain yang harus menjawab,
memberi informasi, atau menjelaskan. Berikut ini adalah beberapa sikap
wawancara yang baik dan benar, antara lain :
Ø Fokus
pada lawan bicara
Ø Fokus
pada topik pembicaraan
Ø Tidak
boleh memotong pembicaraan
Ø Gunakan
volume suara yang baik (tidak berbicara terlalu keras)
Ø Sabar
Ø Lakukan
verivikasi jika ada kekurangan atau kesalahan
Ø Tidak
boleh menyakiti hati responden
Ø Hidari
bahasa yang menggurui responden
Ø Hidari
kata-kata kasar (kotor)
Ø Bersikap
ramah
Ø Hindari
sikap rakus
Ø Hidari
tatapan yang aneh sperti menyelidik/melotot/cligak clinguk
Ø Dan
yang terakhir Ucapkan terimakasih
1.3 Komunikasi Lisan dalam
Bernegosiasi
Menurut
Oliver Negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua belah pihak yang melakukan komunikasi mempunyai hak atas hasil akhir. Sedangkan menurut
Casse bahwa negosiasi itu ialah proses dimana paling tidak ada dua pihak
dengan persepsi, kebutuhan, dan motivasi yang berbeda mencoba untuk bersepakat
tentang suatu hal demi kepentingan bersama. Sementara Stephen Kozicki
mengatakan Negosiasi merupakan suatu seni dalam mencapai
persetujuan dengan memecahkan berbagai perbedaan melalui kreatifitas.
Agar dalam berkomunikasi lebih efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis harus dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap yakni:
1. Fact-finding
yaitu mengumpulkan
fakta-fakta atau data yang berhubungan dengan kegiatan bisnis lawan sebelum
melakukan negosiasi.
2. Planning atau rencana yaitu sebelum
bernegosiasi/berbicara susunlah dalam garis besar pesan yang hendak
disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak dibicarakan rincilah hasil
yang diharapkan akan teraih. Berdasarkan pengenalan Anda terhadap lawan
tersebut, perkirakan/bayangkan kemungkinan reaksi penerima pesan/lawan
berbicara terhadap apa yang Anda katakan.
3. Penyampaian
yaitu lakukan
negosiasi/sampaikan pesan dalam bahasa lawan/si penerima. Usahakan gunakan
istilah khas yang biasa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah kata-kata
yang mencerminkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda
terhadap kata yang disampaikan.
4. Umpan balik
yaitu negosiator harus
menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-baik reaksi lawan bicara.
Amati isyarat prilaku mereka seperti: angkat bahu, geleng–geleng kepala,
mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik dapat untuk mengetahui samakah makna
yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita.
5. Evaluasi
yaitu perlu untuk menilai
apakah tujuan berkomunikasi atau negosiasi sudah
tercapai, apakah perlu diadakan lagi, atau perlu menggunakan cara-cara untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
Meskipun pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan
akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. Yang sering terjadi
justru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi
dan penerima pesan. Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang
memerlukan perjuangan tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan
memenangkan pendapatnya.
Kalau terjadi adu
pendapat antara negosiator dengan pihak lawan maka timbul dorongan untuk
menang. Keinginan untuk menang di satu sisi dengan mengabaikan kekalahan
dipihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan strategi
menang-menang (win-win solution). Artinya ada sebagian keinginan kita yang
dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan mengorbankan hal yang
sama, sehingga kesepakatan di antara kedua belah pihak dapat tercapai.
II.
KOMUNIKASI DALAM TULISAN
2.1 Penulisan
Kabar atau
Berita
Nilai
berita digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu tulisan diangkat menjadi
berita. Semakin tinggi nilai berita yang dikandung dalam sebuah peristiwa
semakin kuat tersebut dianggkat sebagai berita. Sebaliknya,
semakin rendah nilai beritanya semakin rendah pula peristiwa tersebut diangkat
sebagai berita.
A.
Unsur-Unsur Berita
Sebuah berita memenuhi unsur-unsur
berita yang dikenal dengan 5W+1H.
- What = apa yang terjadi
- Where = dimana hal itu terjadi
- When = kapan peristiwa itu terjadi
- Who = siapa yang terlibat dalam kejadian itu
- Why = kenapa hal itu terjadi
- How = bagaimana peristiwa itu terjadi
B.
Struktuk naskah berita
- Judul berita (head)
- Teras berita (lead)
- Isi berita (body)
C.
Teknik
menulis berita
- Fact Organizing yaitu pengorganisasian/pengumpulan fakta oleh wartawan yang akan menulis berita. Apakah itu hasil interview, kejadian langsung, atau menggunakan data-data tertulis.
- Lead Decission yaitu penentuan lead untuk teras berita. Ingat, gagal menentukan lead, bisa berarti gagal menulis berita.
- Word Selection yaitu pemilihan kata-kata cocok untuk mendukung penulisan berita, usahakan alur yang runtut, jangan melompat-lompat sehingga dapat mengganggu pemahaman pembaca.
2.2 Penulisan
Pesan-Pesan Persuasive
Persuasi
merupakan suatu usaha mengubah sikap, kepercayaan atau tindakan audiens untuk
mencapai suatu tujuan. Secara sederhana, persuasi yang efektif adalah kemampuan
untukmenyampaikan suatu pesan di dalam suatu acara yang membuat audiens merasa
mempunyai pilihan dan membuat mereka setuju.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam menulis pesan-pesan pesuasif antara lain:
Ø Analisis
audiens
Ø Mempertimbangkan
perbedaan budaya
Ø Memilih
pendekatan organisasional
Persuasive yang efektif mencakup empat
komponen penting:
Ø Menetapkan
kredibilitas
Ø Membuat
kerangka argumentasi audies
Ø Memilih
daya pemikat
2.3 Korespondensi
Korespondensi
adalah penyampaian maksud melalui surat dari suatu pihak kepada pihak lain dan
atas nama jabatan dan dalam suatu perusahaan/organisasi dan dapat atas nama
perorangan. Kegiatan saling berkirim surat oleh perseorangan atau oleh
organisasi disebut surat menyurat ata korespondensi. Pihak yang terlibat
disebut koresponden.
Surat
adalah alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain yang
memiliki persyaratan khusus yaitu penggunaan kode notasi, penggunaan kertas,
penggunaan model dan bentuk, pemakainan bahsa yang khas serta pencantuman tanda
tangan.
Ciri-ciri surat:
- Surat adalah pesan tertulis
- Isi pesan dalam surat merupakan informasi/persuasi
- Surat memiliki bagian-bagian yang standar
- Surat memiliki bentuk yang standar
- Surat memiliki pesan inti
- Gaya Bahasa surat bisa formal ataupun informal.
Fungsi
surat:
- Surat sebagai penyampaian pesan
- Surat sebagai wakil.
- Surat sebagai bukti tertulis.
- Surat sebagai pedoman/dasar bertindak
- Alat untuk mengigat
- Dokumentasi historis dari suatu kegiatan
- Keterangan keamanan.
Bagian-bagian
Surat :
1.
Informasi pengirim atau kop surat
2.
Atribut surat (tanggal, nomor, dan perihal
surat)
3.
Penerima surat
4.
Alamat tujuan surat
5.
Pembuka surat
6.
Isi surat
7.
Penutup surat
8.
Identitas pengirim (tanda tangan, nama
lengkap, dan jabatan)
9.
Tambahan (lampiran, tembusan dan pengonsep)
III.
STUDI KASUS
3.1 Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan dalam bernegosiasi bisnis dengan
mengambil kasus negosiasi dengan orang Thailand. kebanyakan orang Thailand
jarang menggunakan bahasa inggris untuk diajak berbicara sehingga dapat
menghambat dalam berkomunikasi. Orang Thailand senang berkomunikasi dengan
bahasa Thai karena orang Thailand sangat sulit menghafal ejaan asing.
3.2 Komunikasi Tulisan
Jauh sebelum teknologi maju, manusia untuk berkomunikasi
dengan kerabat menggunakan selembar kertas untuk surat menyurat melalui kantor
pos. Tetapi diera modern ini manusia untuk berkomunikasi sudah sangat mudah
dengan menggunakan e-mail, fax,
handphone, dan alat komunikasi modern lainnya.
REFERENSI :
Nawangsari, Sri. 1997. Komunikasi
Bisnis. Jakarta: Gunadarma.